Kabupaten MUNA

Profil

Nama Resmi :Kabupaten Muna
Ibukota :Raha
Provinsi :Sulawesi Tenggara
Batas Wilayah:Utara: Kabupaten Kendari dan Selat TiworoSelatan: Kabupaten ButonBarat: Selat Spelman
Timur: Laut Banda
Luas Wilayah:
2.945,05 Km2
Jumlah Penduduk: 
311.129 Jiwa
Wilayah Administrasi
Website
:

:
Kecamatan: 33, Kelurahan: 31, Desa: 206

http://www.munakab.go.id/

(Permendagri No.66 Tahun 2011)
 

Sejarah

Memasuki Kota Muna, Sulawesi Tenggara, tidak boleh sembarangan. Berjalan kaki saja dilarang, apalagi menunggang kuda. Ini tak lain untuk menjaga etika dan sopan santun. Yang boleh menunggang kuda hanya para pejabat tinggi. Kalau sudah mendekati rumah kediaman perdana menteri, penunggang kuda juga harus turun, lalu berjalan kaki ke tempat tujuan di kota tersebut. Budaya dan tatakrama di Kota Muna adalah potret sepenggal sejarah Kerajaan Muna di masa lampau, sebagaimana diungkapkan Jules Couvreur dalam buku Sejarah dan Kebudayaan Kerajaan Muna yang diterbitkan Artha Wacana Press, Kupang, Nusa Tenggara Timur, tahun 2001.
Couvreur cukup memahami sejarah dan kebudayaan Muna, salah satu etnis yang mendiami Pulau Muna dan pulau-pulau lain di sekitarnya. Sebab, dia adalah pegawai pemerintah kolonial Belanda yang pernah menjabat sebagai kontroler (setingkat bupati) di Kerajaan Muna selama kurang lebih dua tahun (1933-1935). Selama kurun waktu itu dia tekun menggali sejarah dan kebudayaan daerah tersebut.
Ketika Couvreur meninggal dunia di Den Haag, Belanda, pada tahun 1971 dalam usia 70 tahun, naskah yang ditulisnya tahun 1935 itu masih dalam bentuk stensilan berbahasa Belanda. Stensilan itu kemudian diterjemahkan Dr Rene van den Berg, dosen linguistik dan peneliti bahasa Muna di Darwin, Australia.
KOTA Muna terletak sekitar 25 kilometer dari Raha, ibu kota Kabupaten Muna, sekarang. Orang Muna sebetulnya menyebutnya Wuna, sebagaimana nama asli suku Muna dan Pulau Muna. Namun, kata "Wuna" itu lama kelamaan diucapkan dan ditulis menjadi "Muna" dalam laporan dan bahasa resmi. Wuna dalam bahasa Muna berarti bunga. Disebut begitu karena tidak jauh dari Kota Wuna itu terdapat sebuah bukit batu karang yang sewaktu- waktu tumbuh dan menyerupai bunga.
Daratan Pulau Muna memang hampir didominasi batu karang. Bukit batu (yang sering) berbunga itu disebut Bahutara yang diartikan sebagai bahtera. Hal itu terkait dengan tradisi lisan yang menyebutkan bahwa di tempat itulah perahu Sawerigading, tokoh asal Sulawesi Selatan yang melegenda, terdampar setelah menabrak batu karang. Para pengikutnya sebanyak 40 orang dari Luwu, Sulsel, kemudian terpencar ke berbagai tempat, sebagian membuat koloni di Muna, dan lainnya ke Konawe di jazirah Sulawesi Tenggara.
Sejalan dengan semakin baiknya sistem pemerintahan, pada masa kekuasaan Lakilaponto sebagai Raja Muna VII (1538- 1541) mulailah dibangun pusat kerajaan di lokasi yang disebut Wuna tadi. Pembuatan benteng yang mengelilingi Kota Wuna merupakan prestasi besar yang dihasilkan pemerintahan raja tersebut.
Setelah Lakilaponto ditunjuk menjadi Raja Buton, pembangunan Kota Wuna dilanjutkan penggantinya, La Posasu, adik Lakilaponto. Pengangkatan Lakilaponto sebagai Raja Buton merupakan hadiah dari raja yang sedang berkuasa atas keberhasilan Raja Muna itu mengalahkan dan membunuh bajak laut La Bolontio, pengacau keamanan rakyat Buton.
Setelah menjadi raja dan kemudian bergelar sultan, menyusul diterimanya Islam sebagai agama resmi kerajaan, Lakilaponto mengadakan kesepakatan dengan adiknya, La Posasu, untuk saling membantu dan bekerja sama bila kedua kerajaan menghadapi situasi pelik, termasuk ancaman dan intervensi dari luar.
Hubungan persaudaraan di antara kedua kerajaan terjalin hangat selama kurang lebih 3,5 abad. Namun, dalam kerangka politik pecah belah pemerintah kolonial Belanda bersama Sultan Buton secara sepihak membuat perjanjian yang disebut Korte Verklaring pada 2 Agustus 1918.
Isi perjanjian itu menyebutkan, Belanda hanya mengakui dua pemerintahan swapraja di Sulawesi Tenggara, yakni Swapraja Buton dan Swapraja Laiwoi di Kendari. Sejak saat itu Kerajaan Muna yang berdaulat dinyatakan berada di bawah kontrol Kesultanan Buton. Sebagai subordinasi Kesultanan Buton, Muna praktis menjadi salah satu dari empat wilayah penyangga (bharata) kerajaan Islam tersebut. Tiga bharata yang lain adalah Tiworo, Kulisusu, dan Kaledupa. Berdasarkan Korte Verklaring itu pula beberapa kerajaan kecil di sekitar Kesultanan Buton, seperti Tiworo, Kulisusu, Kaledupa, Rumbia, dan Kabaena, ikut menjadi wilayah kekuasaan Kesultanan Buton. Dua kerajaan kecil yang terakhir merupakan wilayah nonstruktural karena tidak menyandang predikat bharata.
IHWAL pembangunan Kota Wuna, Couvreur mengutip kepercayaan mistis bahwa dalam pembangunan benteng kota itu oleh Lakilaponto dibantu para jin (roh halus. Pembuatan benteng itu memang merupakan pekerjaan raksasa sebab, seperti ditulis Couvreur, panjang keliling pagar tembok itu mencapai 8.073 meter dengan tinggi empat meter dan tebal tiga meter. Selain melanjutkan dan menyempurnakan pembangunan tembok pagar ibu kota kerajaan tersebut, La Posasu sebagai pengganti Lakilaponto juga mendirikan bangunan tempat perguruan Islam, sesuai anjuran Syekh Abdul Wahid. Seperti disebutkan La Kimi Batoa, pensiunan guru sejarah, Abdul Wahid adalah penyebar agama Islam pertama di Pulau Muna. Fasilitas publik lainnya di Kota Wuna adalah masjid. Masjid pertama dibangun pada masa pemerintahan La Titakono sebagai Raja Muna X (1600- 1625). Menurut La Ode Muhammad Sirad Imbo (65), tokoh adat Muna, masjid yang dibangun raja tersebut masih sederhana dan bersifat darurat. Masjid agak besar baru dibangun pada era pemerintahan Raja La Ode Huseini dengan gelar Omputo Sangia (1716- 1757). Masjid tersebut dibangun di tempat berbeda dengan lokasi masjid pertama. Masjid di Kota Wuna itu hampir seumur dengan Masjid Agung Keraton Buton di Bau- Bau.
Masjid Keraton Buton dibangun oleh Sultan Sakiuddin Darul Alam pada tahun 1712 dengan konstruksi permanen, dan baru dipugar pada tahun 1930-an di masa pemerintah Sultan Buton ke-37, Muhammad Hamidi. Adapun Masjid Kota Wuna baru dibangun secara permanen sekitar tahun 1933 oleh La Ode Dika sebagai Raja Muna (1930-1938). Kegiatan pembangunan (renovasi) masjid tersebut mendapat bantuan dari Kontroler Belanda yang berkedudukan di Raha, Jules Couvreur. "Dia menyediakan bahan, seperti semen, atap seng, dan bahan bangunan lainnya," tutur Sirad Imbo. Karena selama memangku raja lebih banyak memerhatikan pembangunan masjid tersebut, maka La Ode Dika diberi gelar Komasigino (pemilik masjid). Dua dari 14 putra-putri La Ode Dika tercatat sebagai tokoh daerah, yakni La Ode Kaimuddin, mantan Gubernur Sultra, dan La Ode Rasyid, mantan Bupati Muna. KERAJAAN Muna di masa lalu kini nyaris tak meninggalkan bekas.
Satu-satunya peninggalan yang tampak di Kota Wuna saat ini hanyalah bangunan masjid yang pernah dirawat La Ode Dika, Raja Muna terakhir yang dipilih oleh Sarano Muna yang dibentuk Raja La Titakono pada abad ke-17 itu. Bangunan masjid itu juga sudah tidak asli. Menurut Sirad Imbo, ketika Bupati Muna dijabat Maola Daud pada tahun 1980-an, bangunan masjid tua itu dirombak total ukuran dan bentuknya. Giliran Ridwan menjadi Bupati Muna (2000- 2005), bangunan masjid itu dirombak lagi untuk dikembalikan ke bentuk aslinya. Bentuk masjid di bekas ibu kota kerajaan itu sangat sederhana. Bangunannya terdiri atas tiga susun, termasuk tempat dudukan kubah. Itulah bentuknya yang asli dari masjid tua tersebut," ujar Sirad, yang juga salah satu putra La Ode Dika. Peninggalan yang lain sudah tidak ada lagi, kecuali beberapa makam tua yang menjadi kuburan raja-raja zaman dulu, antara lain makam La Ode Huseini, yang pada masa hidupnya dikenal sangat taat menjalankan ajaran Islam.
Sisa-sisa ataupun reruntuhan benteng Kota Wuna yang konon dibangun dengan bantuan jin itu juga sudah tidak ada lagi. Namun, Sirad mengaku bahwa pagar tembok itu masih tersisa sekitar 1.800 meter yang masih utuh. Hanya fisik bangunannya memang tidak kelihatan karena dibalut rumput liar. Kota Muna yang dulu berbudaya feodal kini tinggal kenangan. Yang ada hanyalah hamparan semak belukar di sebuah dataran agak cekung yang diapit bukit-bukit karang. Di sana-sini tampak rumah- rumah adat Muna dari kayu jati yang baru dibangun. Menurut Sirad, ada rencana Pemerintah Kabupaten Muna membangun perkampungan bagi para pemangku Sarano Muna sebagai miniatur Kota Wuna beberapa abad silam

Leluhur Muncul dari Bambu

MITOS asal-usul manusia yang menjadi penguasa di daerah kepulauan di Sulawesi Tenggara mempunyai versi yang sama. Wakaka, ratu pertama Kerajaan Buton, diceritakan datang dari China dan pada awalnya ia muncul dari lubang bambu kuning di dalam kompleks Keraton Buton sekarang. Leluhur keturunan mokole (raja) di Kabaena (kini Kabupaten Bombana) juga dimitoskan muncul dari bambu yang biasa dipakai membuat nasi bambu. La Eli alias Baidulzamani, yang disebut sebagai raja pertama di Pulau Muna, menjadi legenda masyarakat Muna bahwa ia berasal dari Luwu, Sulawesi Selatan, lalu muncul dari dalam lubang bambu saat ditemukan manusia yang telah lebih dulu membangun koloni di Wamelai dalam wilayah Tongkuno. Setelah diangkat menjadi raja, Baidulzamani diberi gelar Bheteno ne Tombula (’Manusia yang Dilahirkan di dalam Bambu). Adapun permaisuri bernama Tandi Abe, juga dikabarkan berasal dari Luwu. Konon ia terdampar di Napabale, sebuah laguna di pantai timur Pulau Muna dan kini menjadi salah satu obyek wisata. Salah seorang putri Raja Luwu tersebut dengan menumpang sebuah talam besar pergi ke arah timur mencari pria yang telah menghamilinya. Talam itu telah menjadi batu sekarang. Pria yang dicari tak lain adalah Baidulzamani yang telah lebih dulu berada di daratan Muna. Setelah dipertemukan mereka pun dikawinkan dan menetap di Wamelai. Perkawinan itu melahirkan tiga anak. Salah seorang di antaranya bernama Kaghua Bhangkano yang kemudian menjadi Raja Muna II dengan gelar Sugi Patola. Sugi berarti ’Yang Dipertuan’. Lakilaponto Raja Muna VII dan Raja Buton VI lalu menjadi Sultan Buton pertama dengan sebutan Murhum (almarhum) setelah mangkat, berasal dari garis keturunan sugi tersebut.
TITAKONO, Raja Muna X (1600-1625) tercatat dalam sejarah Muna sebagai pemrakarsa penetapan golongan dalam masyarakat Muna. Ia menetapkan penggolongan itu bersama sepupunya bernama La Marati. Yang terakhir ini adalah anak Wa Ode Pogo, saudara perempuan Lakilaponto. Titakono sendiri adalah putra Rampei Somba, saudara Lakilaponto. Sebagai raja, Titakono mengangkat sepupunya itu menjadi pembantu utamanya dalam pemerintahan dengan jabatan yang disebut bhonto bhalano (semacam perdana menteri). Setelah itu keduanya bersepakat menetapkan strata sosial masyarakat. Berdasarkan kesepakatan itu, golongan masyarakat dari garis keturunan sugi sampai kepada Titakono harus diakui sebagai golongan tertinggi yang disebut Kaomu dengan gelar la ode. Lalu kelompok masyarakat keturunan mulai dari La Marati ditetapkan sebagai golongan setingkat lebih rendah dari Kaomu yang disebut Walaka. Golongan Walaka tidak memakai gelar la ode. La Marati menyetujui penetapan posisinya seperti itu karena menyadari bahwa ayahnya, La Pokainsi, bukan keturunan sugi. Kendati ibunya, Wa Ode Pogo, adalah keturunan sugi dan saudara kandung dari Lakilaponto, La Marati dan keturunannya sudah digariskan menjadi golongan Walaka. Dalam struktur pemerintahan kerajaan, golongan Walaka berhak menduduki jabatan bhonto bhalano, sebagaimana yang telah dirintis La Marati. Sementara untuk jabatan raja sudah digariskan harus mereka yang bergelar la ode.
Lapisan ketiga dalam masyarakat Muna di masa lampau adalah golongan Maradika, rakyat biasa. Selain menetapkan penggolongan masyarakat, duet Titakono-Marati juga membentuk dewan adat atau Sarano Wuna. Ketika itu Sarano Wuna terdiri atas enam anggota, yaitu raja, bhonto balano, dan ke-4 ghoerano (empat kepala wilayah yang menjadi basis utama Kerajaan Muna). Mereka adalah ghoerano Tongkuno, Kabawo, Lawa, dan Katobu. Anggota Sarano Wuna kemudian bertambah sejalan dengan perkembangan wilayah kekuasaan.
 

Sman 1 Raha Juara 1 LCC MPR RI

SMAN 1 Raha akan mewakili Sultra dalam lomba cerdas cermat (LCC) MPR RI. Setelah mengalahkan 17 sekolah tingkat SMA/SMK/MA se-Sultra untuk mengikuti LCC tingkat nasional di Jakarta.
Perlombaan ini merupakan program tahunan MPR RI, yang diselenggarakan di seluruh Indonesia. Kegiatan ini dilakukan sebagai sarana penanaman nilai 4 pilar yaitu pancasila, UUD 1945, NKRI, dan bhineka tunggal ika.
Dalam lomba tersebut turut hadir perwakilan anggota MPR RI, Ibrahim Sakty Batubara,M.AP., dari fraksi PAN dan Dra. Sri Wahyuni dari fraksi PDIP sebagai anggota tim juri.
LCC ini adalah media atau sarana untuk menanamkan dan mensosialisasikan nilai 4 pilar pada anak didik. Selain LCC, ada tiga program lain dari MPR yang bergerak dalam peningkatan mutu pendidikan, yaitu lomba membuat tulis karya ilmiah, dan training of trainer (TOT).
Sekolah yang diikutkan dalam LCC adalah seluruh sekolah swasta maupun negeri yang tersebar di Sultra. Lomba ini terselenggara karena adanya kerja sama antara panitia bersama sekretariat jendral MPR RI dengan dinas pendidikan nasional provinsi Sultra. Dinas inilah yang berperan dalam perekrutan peserta di wilayah Sultra.
Sebanyak 18 sekolah yang ikut lomba hari ini (kemarin, red). Dari lomba tingkat provinsi ini akan dicari satu sekolah yang akan mewakili Sultra ke tingkat nasional. Rencananya akan digelar pada bulan September tahun ini di Jakarta.

Lebih lanjut dijelaskan, program MRP ini sengaja diberikan guna sebagai bentuk pemahaman menyeluruh pada generasi bangsa. "Program ini bernilai positif untuk anak-anak sekolah agar mereka bisa memahami unsur-unsur konstruksi bangsa sejak dini," kata kepala biro sekretaris pimpinan setjen MPR ini.
Ibrahim juga menambahkan, dengan terselenggarakannya kegiatan tersebut selain memberikan pemahaman pada generasi muda mengenai pilar-pilar bangsa. Lebih dari itu, juga dapat dijadikan sebagai perekat antar bangsa. "Eksistensi kita akan tercapai dengan memahami 4 pilar bangsa, kalau ini dipahami bersama, insya Allah persatuan akan tetap terjaga," katanya.
Perlombaan tersebut berlangsung dalam dua hari, terhitung 22 s.d 23 Februari, dan bertempat di auditorium mokodompit Unhalu. Peraih juara 1 yang akan wakili Sultra mendapatkan penghargaan, piala dan plakat dari MPR RI. (*)
 

Antrean iPhone 5 XL di Central Park

Aditya Panji/KompasTekno Suasana antrean calon pembeli iPhone 5 versi XL di parkir basement mal Central Park, Jakarta.

JAKARTA, KOMPAS.com - Operator seluler XL Axiata membuka penjualan iPhone 5 pada Jumat (14/12/2012) pukul 10.00 WIB di pusat perbelanjaan Central Park, Jakarta.

Meski baru dibuka pagi, ada calon pembeli yang antre sejak Kamis malam. Jelas saja, pagi ini antrean pun membeludak di area parkir basement Central Park.

Menurut salah seorang petugas keamanan Central Park, Bambang Hermanto, ada puluhan calon pembeli yang rela menginap di area parkir basement, lantaran tak diizinkan berada di dalam mal.

"Sekitar jam 23.00 hari Kamis sudah ada 5 orang yang antre. Setelah itu jumlahnya terus bertambah," kata Bambang.

XL menyediakan stok iPhone 5 sebanyak 150 unit pada penjualan perdana di Central Park. XL memberi diskon 50% untuk 50 pembeli pertama. Hal inilah yang mendasari calon pembeli berlomba untuk jadi 50 pembeli pertama.
Selain di Central Park, XL juga menggelar penjualan iPhone 5 di Senayan City. Diskon untuk 50 pembeli pertama juga berlaku di Senayan City hingga kini terlihat ada ratusan calon pembeli yang sudah antre. Harga iPhone 5 dari XL bisa dilihat di tautan ini.

Suasana antrean calon pembeli iPhone 5 versi XL di Central Park, Jakarta, Jumat (14/12/2012).
 

Ini Dia Harga iPhone 5 Versi XL

JAKARTA, Operator seluler XL Axiata tak mau kalah dengan Telkomsel dan Indosat dalam menyambut kedatangan iPhone 5 di Indonesia. XL juga akan menjual iPhone 5 pada Jumat, 14 Desember mendatang, pihak XL mengatakan akan menggelar penjualan perdana iPhone 5 di gerai XL Xplor di pusat perbelanjaan Senayan City dan Central Park, Jakarta.

Masing-masing lokasi tersebut akan disediakan stok iPhone 5 sebanyak 150 unit. Ada potongan harga untuk calon pembeli yang memiliki kartu kredit tertentu.

XL menjual iPhone 5 beserta paket bundel layanan seluler dan internet, baik pascabayar maupun prabayar. Berikut skemanya:

Penjualan iPhone 5 dengan paket bundel pascabayar XL


Penjualan iPhone 5 dengan paket bundel prabayar XL



Untuk skema ini, XL menawarkan paket bundel prabayar seharga Rp 49.000, dengan benefit 300 menit telepon, 300 SMS, dan data 4.5GB selama 90 hari.
sumber:kompasiana
 

Kode Pos - Raha - Sulawesi Tenggara

Street NamePostal CodeKabupaten
1- Wil.Kec. Katobu lainnya Kec. Katobu93651Raha
2- Wil.Kec. Lawa lainnya Kec. Lawa93652Raha
3Ds. Labasa Kec. Lawa93621Raha
4Jln. Agus Salim, KH 93611Raha
5Jln. Ahmad Yani 93612Raha
6Jln. Basuki Rahmat 93611Raha
7Jln. Bata Laiworu 93614Raha
8Jln. Diponegoro 93613Raha
9Jln. Gatot Subroto Timur 93613Raha
10Jln. Gatot Subroto Utara 93614Raha
11Jln. Gersamata 93613Raha
12Jln. Husni Thamrin 93613Raha
13Jln. IAIN 93613Raha
14Jln. Jati 93612Raha
15Jln. Ki Hajar Dewantara 93612Raha
16Jln. Kontukowuna 93616Raha
17Jln. Kudus ABD 93616Raha
18Jln. Lakilaponto 93611Raha
19Jln. Lanie 93614Raha
20Jln. Made Sabara Selatan 93613Raha
21Jln. Made Sabara Utara 93614Raha
22Jln. Palangkuta 93613Raha
23Jln. Pandu Laode 93611Raha
24Jln. Pattimura 93611Raha
25Jln. Pelabuhan 93611Raha
26Jln. RA. Kartni 93611Raha
27Jln. Rajawali 93612Raha
28Jln. S. Goldaria Barat 93615Raha
29Jln. S. Goldaria Timur 93612Raha
30Jln. Salepa 93612Raha
31Jln. Sangke Palangga 93611Raha
32Jln. Sudirman 93611Raha
33Jln. Sugimanuru 93611Raha
34Jln. Sukowati Selatan, Letjend 93611Raha
35Jln. Sukowati Utara, Letjen 93612Raha
36Jln. Sultan Hasanuddin 93611Raha
37Jln. Sumur Bata 93612Raha
38Jln. Sutomo, DR 93611Raha
39Jln. Wamelai 93611Raha
40Jln. Wolter Monginsidi 93612Raha
41Jln. WR. Supratman 93611Raha
42Jln. Yos Sudarso Selatan 93611Raha
43Jln. Yos Sudarso Utara 93612Raha
44Kb. Mitsumi 93614Raha
45Kb. Pertamina 93612Raha
46Kec. Bonegunu Kab. Muna93673Raha
47Kec. Duruka, Perw. Kec Kab. Muna93659Raha
48Kec. Guali Kab. Muna93655Raha
49Kec. Kabangka, Perw. Kec Kab. Muna93664Raha
50Kec. Kabawo Kab. Muna93661Raha
51Kec. Kalisusu Kab. Muna93672Raha
52Kec. Lawa Kab. Muna93652Raha
53Kec. Lohia, Perw. Kec Kab. Muna93658Raha
54Kec. Napabalano Kab. Muna93654Raha
55Kec. Parigi Kab. Muna93663Raha
56Kec. Pulau-pulau Tiworo, Perw. Kec Kab. Muna93656Raha
57Kec. Sawerigading, Perw. Kec Kab. Muna93657Raha
58Kec. Tiworo Kepulauan Kab. Muna93653Raha
59Kec. Tongkuno Kab. Muna93662Raha
60Kec. Wakorumba Selatan Kab. Muna93674Raha
61Kec. Wakorumba Tengah, Perw. Kec Kab. Muna93675Raha
62Kec. Wakorumba Utara Kab. Muna93671Raha
63Kel. Laiworu Kec. Katobu93614Raha
64Kel. Mangga Kuning Kec. Katobu93616Raha
65Kel. Palangga Kec. Katobu93617Raha
66Kel. Raha I Kec. Katobu93611Raha
67Kel. Raha II Kec. Katobu93612Raha
68Kel. Raha III Kec. Katobu93613Raha
69Kel. Wapunto Kec. Katobu93618Raha
70Kel. Watonea Kec. Katobu93615Raha
71Km. Kodim 1416 93614Raha
72Km. Koramil 93613Raha
73Km. Polres 93611Raha
74Km. Sektor 93613Raha
75Kp. Agraria Tk. II Muna 93613Raha
76Kp. Bank Rakyat Indonesia 93612Raha
77Kp. Dep. Agama Tk. IIMuna 93613Raha
78Kp. Dep. Kehutanan Tk. II Muna 93612Raha
79Kp. Dep. Kesehatan 93611Raha
80Kp. Dep. Koperasi Tk. II Muna 93613Raha
81Kp. Dep. Pekerjaan Umum 93614Raha
82Kp. Dep. Sosial Tk. II Muna 93613Raha
83Kp. Depdikbud Tk. II Muna 93613Raha
84Kp. Depot Logistik 93611Raha
85Kp. Deppen Tk. II Muna 93613Raha
86Kp. Dinas Pekerjaan Umum Tk. II 93612Raha
87Kp. Dinas Pertanian 93611Raha
88Kp. Kejaksaan Negeri 93613Raha
89Kp. P.L.N 93613Raha
90Kp. Pajak 93612Raha
91Kp. PAM Dati II Muna 93616Raha
92Kp. Pemda Tk. II Muna 93613Raha
93Kp. Pengadilan Agama 93613Raha
94Kp. Pengadilan Negeri 93613Raha
95Kp. Perindustrian 93613Raha
96Kp. Perkebunan 93613Raha
97Kp. Rumah Tahanan Negara 93611Raha
98Kp. Sensus Statistik 93612Raha
99Kp. Telekom 93612Raha
100Kp. Transmigrasi 93613Raha
101Kpg. Lagasa 93621Raha
102Kpg. Laiworu 93614Raha
103Kpg. Mangga Kuning 93616Raha
104Kpg. Palangga 93617Raha
105Kpg. Raha I 93611Raha
106Kpg. Raha III 93613Raha
107Kpg. Raha II 93612Raha
108Kpg. Tula 93611Raha
109Kpg. Wapunto 93618Raha
110Kpg. Watonea 93615Raha
111Ks. SMA Negeri I 93614Raha
112Ks. SMA Negeri II 93616Raha
113Ks. SMEA Negeri 93611Raha
114Ks. SMP Negeri I 93613Raha
115Ks. SMP Negeri I, III 93616Raha
116Ks. SMP Negeri II 93614Raha
117Ks. SPG Negeri 93614Raha


Permainan Online

Mau main game online gratis? Main aja di SuGemBel.com

Freelance Jobs
 
 

Obyek Wisata Kota Raha (part 2) ‘Liang Kabori’

Obyek wisata selanjutnya, spesial buat anda yang tertarik dengan situs Purbakala.
13532013651009317809
Dengan berkunjung ke tempat yang satu ini, anda dapat mengetahui pola hidup masyarakat Wuna zaman pra Sejarah, mulai dari bercocok tanam, hingga berperang. Menariknya anda akan menemukannya bukan dalam pajangan foto/dokumen seperti di Museum, atau dalam buku2 sejarah seperti halnya di perpustakaan, melainkan melalui tulisan di dinding-dinding Goa… Goa Kabori atau lebih di kenal dengan Liang Kabori, merupakan Obyek wisata Kota Raha selanjutnya yang akan saya bagi keunikannya, setelah pada tulisan sebelumnya saya memperkenalkan Danau Napabale.
1353168192852265249
(Smbr: Dokumen Pribadi)
Masih di Kecamatan yang sama dengan Danau Napabale, Liang Kabori juga berada di Kecamatan Lohia. Saat memasuki wilayah Goa, yang pertama kali di liat oleh pengunjung adalah Goa Kabori yang di sisi-sisinya terdapat tebing yang menjulang indah, yang seakan menjadi tameng bagi pesona Liang Kabori. Sementara, saat berdiri di mulut goa, kita bisa melihat terdapat sekitara 130 lukisan di sepanjang dinding goa,  dan saat mendekat akan terlihat jelas gambar seseorang yang sedang mengendarai Kuda, beragam hewan ternak, spt Sapi, Kuda, dll…. Sangat jelas, sejelas kita melihat gambar di atas sebuah kanvas…
Keluar dari Liang Kabori pengunjung dapat melanjutkan perjalanan mengikuti jalan setapak menuju ke Goa Metanduno, yang berada di belakang Goa Kabori. Menapakan kaki di beberapa anak tangga melewati taman indah di depan Goa Metanduno, merupakan keseruan tersendiri menikmati Obyek Wisata yang satu ini.
Keunikan Goa ini yaitu pertemuan Stalagmit dan Stalagtitnya yang seolah menjadi pilar, menjadikan Goa Metanduno terlihat kokoh tak tergoyahkan… Selain itu juga, pengunjung dapat menyusuri lorong bawah tanah yang akan membawa kita pada suasana mistis nan mencekam, yang akan memberikan keseruan tersendiri pada akhirnya.  Untuk menyusuri lorong ini, tentunya pengunjung di wajibkan untuk mengikuti Petunjuk dari sang Pemandu Goa ini….
13531709221730840172
(Smbr:Google)
(Smbr: Google)
Goa lain yang ad di Desa ini adalah Goa Sugi Patani. Berbeda dengan Liang Kabori dan Metanduno, untuk mencapai Goa ini, pengunjung harus rela menmpuh jalan terjal yang tingkat kemiringannya berkisar 70 -80 derajat karena Goa ini terletak di atas bukit batu yang ketinggiannya mencapai 30M.
Apa yang akan di temukan di Goa ini adalah bukti bahwa Sejarah Layang-Layang pertama di Dunia, berasal dari Kabupaten Wuna, Sulawesi Tenggara, Indonesia., bukan di China.  Ini di perlihatkan dari Lukisan dalam Goa ini tentang sebuah layang-layang yang (seolah-olah) tengah dimainkan oleh seseorang. Bukan sebatas gosip, karena lukisan ini telah di teliti usianya oleh seorang penggemar layang-layang dari Jerman bernama Wolfgang Bieck, dan beberapa bulan lalu UNESCO juga mengirim utusannya utk meneliti usia Lukisan Layang-Layang tersebut, sekiranya benar bahwa usia layang-layang di lukisan itu lebiah tua dari temuan layang-layang di China yang berusia 2.400 tahun.
Jadi buat anda yang tertarik dengan Situs Purbakala, tidak ad salahnya berkunjung ke tempat yang satu ini. Tempatnya sangat mudah di jangkau dan tidak jauh dari Ibukota Kabupaten, Kota Raha.
Selamat Berwisata…
_salam_
 
 

Obyek Wisata Kota Raha (Part 1) ‘Danau Napabale

Dengan kekayaan panorama alamnya yang memikat, harusnya kota ini ramai di kunjungi wisatawan… Minimal wisatawan domestik lah…, terlebih di musim libur panjang seperti ini…
Oh iya, nama kotanya yaitu kota Raha… Sangat beragam obyek wisata air di kota ini. Salah satunya yang ramai di kunjungi hampir setiap harinya adalah Danau Napabale. Tempatnya yang hanya terletak +/- 15 KM dari kota Raha, yang juga merupakan ibukota Kabupaten Wuna, memungkinkan kita mencapainya dalam waktu 30 menit saja dengan kendaraan pribadi, dengan kondisi aspal yang relatif mulus…
13530460362019987757
Di sini, Pengunjung dapat mengelilingi danau ini dengan menyewa Perahu atau untuk kemudian menuju ke pantai yang menyajikan hamparan pasir putih yang membentang di bibir pantai…  Saat perahu sampai, pengunjung masih harus berjalan kaki menuju Pantai tersebut  tapi pengunjung tidak perlu khawatir, karena selama berjalan kaki, mata pengunjung akan di manjakan oleh deretan Pohon Mete yang kolaborasi dedaunannya melindugi kita dari paparan sinar matahari…

Baik di Danau Napabale ataupun Pantai Pasir Putih., pengunjung bisa berenang atau berputar2 di atas ban yang bisa di peroleh dengan cara rental. Ongkos rentalnya sendiri tergantung dari besar kecil ban yg di inginkan.  Kegiatan tersebut bisa di lakukan sesuka hati sambil menikmati bongkahan-bongkahan batu karang berselimutkan pepohonan hijau mencuat di permukaan air, mengelilingi sekeliling danau berair asin ini.
1353050419982531875
Pengunjung juga tidak perlu khawatir jika setelah berenang, perut anda akan merintih, karena di tempat wisata yang telah beberapa kali di datangi salah 1 stasiun TV untk program petualangan ini, pengunjung dapat menjumpai banyak pedagang yang menyajikan santapan khas berselera…
Jadi., buat anda yang gemar wisata Air, tidak ada salahnya berkunjung ke tempat ini.
Selamat berlibur… :)
_salam_
 
 
 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. de Tulatula - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger